Keberadaan sapi perah di Indonesia berawal pada kebutuhan susu sapi segar bagi orang eropa yang bekerja di perkebunan-perkebunan milik belanda. Ternak sapi perah pertama yang diimpor adalah jenis SapiHissar, yang didatangkan ke daerah Sumatra Timur, terutama di Medan dan Deli Serdang, pada tahun 1885. Sapi Hissar ini kemudian dipelihara oleh peternak sapi yang berasal dari India, yang memang telah lama menetap di daerah Sumatra Timur. Walaupun produksinya sangat rendah, peternakan sapi yang sudah ada dapat mencukupi kebutuhan lokal.
Selasa, 07 Juni 2011
Sapi Perah Hissar
Sapi Hissar adalah salah satu jenis sapi perah keturunan Zebu yang berasal dari Punjab India, yang kemudian didatangkan ke Indonesia.
Berdasarkan catatan Kontrolir Rothenbuhler di Surabaya, secara resmiternak sapi Hissar bukan didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda (karena memang belum memiliki dinas yang mengurus masalah peternakan), melainkan oleh pedagang ternak sapi dari Jawa Timurlah, bersamaan dengan jenis sapi zebu lainnya seperti : Mysore, Ongol,Gujarat dan Gir.
Impor ini dilakukan pada tahun 1812, dengan jumlah sapi Hissar sekitar 50 ekor. Sapi Hissar ini kemudian ditempatkan di peternakan sapi Taman Pembibitan Ternak di Pcorotan Karanganyar, untuk disilangkan dengan sapi jawa. Hasil persilangan sapi keturunan Zebu ini cukup berhasil meningkatkan ukuran tubuh yang lebih besar dari sapi Jawa. Impor sapi Zebu dari India tetap dilanjutkan oleh para pengusaha / peternak sapidi Jawa Timur hingga tahun 1897, sebelum dihentikan karena berjangkitnya wabah pes ternak di India.
Label:
Sapi Perah Hissar
Penyakit Milk Fever pada Sapi Perah
Milk Fever atau Paresis Puerpuralis, secara umum adalah penyakit gangguan metabolisme yang terjadi pada sapi betina menjelang/saat/sesudah melahirkan yang menyebabkan sapi menjadi lumpuh. Milk Fever ditandai dengan kurangnya kadar Kalsium (Ca) dalam darah. Ca berperan penting dalam fungsi persyarafan. Jika kadar Ca dalam darah berkurang drastis maka pengaturan urat syaraf akan berhenti, sehingga fungsi otak pun terganggu dan sapi akan langsung lumpuh.
Banyak kasus Milk Fever terjadi pada 48 - 72 jam setelah sapi perah melahirkan, pada sapi perah yang telah beranak lebih dari 3 kali. sapi baru berumur 4 tahun dan produksi tinggi (lebih dari 10 liter). Hal ini tidak berarti sapi-sapi yang produksi susunya kurang dari 10 liter dan umur lebih muda terhindar dari penyakit ini. Selain itu jumlah Milk Fever 3-4 kali lebih tinggi pada sapi yang dilahirkan dari induk yang pernah mengalami Milk Fever.
Deteksi Mastitis pada Sapi Perah
Penyakit Mastitis pada peternakan sapi perah merupakan masalah utama yang sangat merugikan peternakan karena dapat menurunkan produksi susu dalam jumlah besar dan pengobatan terhadap penyakit ini sulit serta memerlukan biaya besar
Untuk mengetahui adanya mastitis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisis kelenjar susu secara inspeksi atau palpasi. Untuk pemeriksaan fisis terhadap susu digunakan metode strip cup test, white side test, California mastitis test, winconsin mastitis test, uji katalase.
Sapi yang menunjukkan awal gejala klinis harus dilakukan pemeriksaan sample susu untuk dilakukan isolasi agen. Media Enriched digunakan mengisolasi mycoplasma.
Specimen harus berada dalam keadaan dingin atau beku sampai 2 minggu sebelum sampai di Lab. Sampel susu kemudian diletakkan pada cawan yang mengandung media untuk mycoplasma dan di inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, beberapa spesies mycoplasma membutuhkan masa inkubasi 6-7 hari untuk melihat pertumbuhan koloninya.
Diagnosa lain yang dapat membantu adalah pemeriksaan susu pada tempat penampungan susu secara rutin; hal ini akan menolong untuk mengetahui awal infeksi. Jika biakkan positif, tiap sapi dapat dilakukan pemeriksaan susu untuk mengetahu adanya mycoplasma mastitis. Isolasi atau pembiakan dapat untuk menduga kasus kejadian ini. Bagaimanapu juga untuk mengindentifikasi mycoplasma dibutuhkan uji-uji yang lainya. Karena Mycoplasma bovis merupakan kuman pathogen dan sering menyebabkan mastitis, sangatlah penting untuk mengetahui karakternya, sehingga dapat dilakukan pencegahan untuk mengurangi penyebaran dari sapi ke sapi
Perhitungan Jarak Beranak Sapi Perah
Jarak beranak pada sapi perah, sangat tergantung kepada pelaksanaan perkawinan dan kebuntingan sapi tersebut. Di Indonesia, dimana perkawinan sapi perah umumnya dilakukan dengan inseminasi buatan, perhitungan jarak beranak ini sangatlah penting.
Interval birahi pada sapi perah adalah 21 hari. Apabila sapi baru bunting setelah 2 kali inseminasi, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Inseminasi dilakukan 85 hari setelah melahirkan -> Perpanjangan jarak beranak adalah : (2-1) x 21 hari = 21 hari.
- Inseminasi dilakukan 50 hari setelah melahirkan - > Perpanjangan jarak beranak adalah : (2 x 21 + 50) hari – 85 hari = 7 hari
Selisihnya cukup besar besar bukan ?, yaitu sekitar 14 hari (2 minggu). Selisih ini nantinya dapat menurunkan produksi susu yang sedang berjalan ataupun yang akan datang sekitar 3,7 - 9% dari total produksinya.
Langganan:
Postingan (Atom)